Film "Soekarno: Indonesia Merdeka" garapan sutradara Hanung Bramantyo ternyata masih menjadi perdebatan dan meninggalkan masalah, meski telah diputar di seluruh bioskop Tanah Air.
Pihak MVP Pictures dan sutradara Hanung tidak terima jika karya besarnya ini tidak layak tayang atas tuntutan puteri Bung Karno, Rachmawati Soekarnoputri yang meminta agar film tersebut ditarik dari peredaran di bioskop karena dianggap tidak sesuai.
Mereka pun mengklaim, hak cipta film ini murni karya Hanung dan Ben Sihombing, bukan Rachmawati.
Hanung pun mengklarifikasi tudingan mencuri ide pembuatan film tersebut seperti yang dituduhkan oleh Rachmawati.
Gagasan pembuatan film biopik Soekarno diakui Hanung sudah muncul setelah dirinya menggarap film “Sang Pencerah” yang diyakini film-film menceritakan tokoh banyak digemari masyarakat. Namun lantaran ada kegiatan lain, gagasan itu menjadi tertunda.
"Kebetulan pihak Ibu Rachmawati mengundang saya menghadiri gladi resik opera Maha Guru. Lalu beliau mengajak membuat film Soekarno yang kebetulan saya dan Pak Raam ingin bikin juga. Ini sinergi yang baik, ada perwakilan keluarga, pemodal dan sutradara," kata Hanung yang didampingi kuasa hukum MVP Pictures, Rivai Kusumanegara saat jumpa pers di Jakarta, Selasa (17/12).
Akhirnya pihak Rahcmawati, MVP Pictures dan Hanung melakukan pengkristalan dari cerita yang ingin diangkat dengan menggelar Focus Group Discution (FGD). Dari diskusi yang dilakukan selama sekitar empat hari tiga malam berdasarkan buku-buku biografi Soekarno, munculah tiga judul film.
"Dari diskusi itu menghasilkan tiga judul Soekarno: Indonesia Menggugat, Soekarno: Indonesia Merdeka dan Hari-Hari Terakhir Soekarno," ungkapnya.
Pihak MVP dan Rachmawati pun telah mengetahui tiga judul film yang tercetus tersebut. Atas pertimbangan Raam sebagai seorang produser, hasilnya terpilihlah dua judul yakni Soekarno: Indonesia Merdeka dan Hari-Hari Terakhir Soekarno
Selain itu, yang membuat kedua belah pihak pecah kongsi karena pemilihan aktor pemeran Bung Karno.
Rachmawati merasa tokoh Soekarno pantas diperankan Anjasmara sedangkan MVP Pictures memilih Ario Bayu. Keputusan memakai Ario Bayu ini menjadi salah satu alasan Rachmawati mundur dari kerjasama.
"Kenapa Ario Bayu, menurut saya memang dia yang pas. Munculnya pertama kali konflik sebenarnya sederhana. Ketidakcocokan pemain. Kalau kita sikapi dengan dewasa sebenarnya enggak akan ada masalah seperti ini," ungkap Hanung.
Di benak Hanung, film Soekarno harus menampilkan sosok Bung Karno secara heroik. Makanya, ia mencari pemeran dengan postur tubuh gagah dan tinggi.
"Makanya pilihan saya orang yang punya postur 170cm ke atas. Pilihannya Agus Kuncoro, Darius Shinatrya dan Ario Bayu. Bahkan kami juga casting pakai baju dan lighting biar terlihat gagah dan presentasikan ke Ibu Rachmawati. Namun pilihan akhirnya jatuh pada Ario Bayu," tutup Hanung.
Tags:
News